Aku adalah seorang gadis yang berjuang untuk hidupku sendiri di Ibukota.
Walaupun, kalau dipikir-pikir, keluargaku masih mampu membiayai aku hidup. Tapi aku
lebih memilih untuk membiayai hidupku sendiri, merasakan hasil peluhku sendiri.
Aku masih ingat semua kejadian yang membuatku memilih hidup sendiri.
“Hanna, denger yang Mas Yudi bilang….”
“Gak, Hanna pokoknya gak mau rumah ini dijual!!”
“HANNA !!!!”….Brruukkk…
Kejadian itu masih terngiang di telingaku. Kala itu, Aku harus mempertahankan
apa yang almarhumah Ibuku amanatkan untukku.
“Hanna, rumah ini jangan sampai dijual. Simpan semua surat-surat dan kotak
perhiasan Ibu ini di bunker rahasiamu. Baca surat dari Ibu saat keadaan sudah
stabil. Ibu percaya Hanna bisa.”
Tak lama setelah itu Ibu tiada. Banyak hal berkecamuk di hatiku. Sanggupkah
aku?
Ketika keadaan mulai stabil, Aku teringat pesan Ibu dan bunker rahasiaku. Malam
itu, aku membaca suratnya dan terkesima. Ibu meninggalkanku banyak amanat,
diantaranya beliau ingin rumah tidak dijual dan menitipkan surat-surat rumah
padaku. Ada sekotak kado terbungkus kertas kopi bertuliskan “Untuk Hanna” dan
itu tertulis di dalam surat Ibu sebagai “Kado Pernikahan” untukku dan Ibu
menginginkan agar aku membukanya pada saat aku akan menikah. Terlalu cepat
dan terlalu panjang Ibuku berpikir tentang masa depanku. Seorang Hanna bisa
menikah?? Apa mungkin??
0 comments:
Post a Comment