Jiwangga terkapar. Tubuhnya penuh nganga mengalirkan darah menggenangi tanah kering di seberang jalan depan tempatku berdagang. Telinga kirinya hilang tertebas secara ngawur oleh massa yang membabi buta, dan menyeretnya ke tengah jalan.
Lututnya pecah membuatnya tak mampu lagi berdiri di tempat itu, di tengah pasar, tempat berkumpulnya manusia maupun Iblis saling berinteraksi dan bertransaksi.
Jiwangga pelaku kriminal yang biasa berkeliaran di sekitar Malioboro. Dan orang-orang di sekitar situ telah menandai wajahnya juga kawan-kawannya. Hanya saja mungkin itu adalah hari terburuk bagi perjalanan hidupnya. Dia terkapar mengenaskan dirajam massa.
Tubuhnya nyaris tak kukenali lagi. Kali ini dia telah gagal melakukan tugasnya yang mulia sebagai seorang bapak yang mencarikan nafkah bagi dua putri kembarnya yang masih ranum. Walaupun orang menyalahkan pekerjaannya. Tapi aku tidak. Bagiku, dia tetap seorang kawan yang baik, walau pun kadang angkuh terhadap keahliannya. Menjambret dan mencopet.
Penulis: Eko Susanto, kelahiran Tanjung Karang kini tinggal di Jogjakarta. Pernah sembilan tahun menjadi pedagang kakilima Malioboro, sebelum menerima beasiswa sastra dari Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Orang-Orang Malioboro adalah bukunya yang pertama.
0 comments:
Post a Comment