Membaca "Di Jamuan Cinta-Mu di Arafah", seakan-akan menulusuri jalur spiritual yang menggetarkan. Novel setebal 319 karya Ratna Januarita ini adalah memoar panjang perjalanan religius sang penulis ke Tanah Suci.
Menikmati buku terbitan Pustaka IIMaN ini, pembaca seolah-olah menapaki tangga demi tangga spiritual. Pertama, saat melaksanakan rukun Islam kelima itu, manusia dipersatukan dengan getaran kehidupan dalam kalbunya: mikrokosmos larut dalam makrokosmos.
Dengan demikian, jiwa manusia akan mengalami perluasan dan mencapai kebahagiaan dan ekstase yang melebihi dunia. Sementara, dalam tahapan ini, manusia akan gagal merasakannya, bila lalai kepada Tuhan (ghaflah).
Pada sesi kedua, manusia akan berada di atas seluruh kenikmatan, terputus secara tiba-tiba dari dunia waktu hingga merasakan dirinya berhadap-hadapan langsung dengan wajah Yang Maha Kekal dan melebur (fana) dalam kekekalan (baqa).
Pada pengujung aktivitas spiritual itu, manusia menempatkan diri sepenuhnya dalam genggaman Tuhan dan menjadi sumber gita-gita yang menebarkan kasih dan kebajikan luhur serta menuntun orang lain ke tempat primordial dan kediaman akhirnya. "Dan dirikan ibadah haji dan umrah karena Allah." (QS: 2:196).
Pada dasarnya, manusia tengah mencari kedamaian yang tersembunyi dalam substansi ibadah haji guna menemukan rahasia perjanjian primordial antara insan dan Sang Khalik.
"Banyak yang telah menulis memoar hajinya dalam sebuah buku, tapi karya yang satu ini inspiratif. Ada renungan yang mengajak pembacanya menelusuri inti dan pesan haji. Sebagai pimpinan Unisba tempat penulis berkarya, saya menyambut gembira dan mendukung penuh kehadiran buku yang dikerjakan dengan hati ini. Semoga menjadi pendorong semangat bagi siapa pun pembacanya," demikian penilaian yang dialamatkan Rektor Universitas Islam Bandung (Unisba) Prof Dr HE Saefullah kepada Ratna yang juga dosen berprestasi Unisba tersebut."Buku ini indah dan enak dibaca. Penuh sentuhan-sentuhan yang mengasah kalbu. Sama indahnya dengan Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih," ujar Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance Mas Achmad Daniri. Pendek kata, sebagaimana ungkapan sang penulis di halaman VIII buku ini, Ratna seolah membuat pembaca merasakan bahwa "setiap hari adalah haji, dan setiap tempat adalah Arafah-Muzdalifah-Mina-Haramain".
Inilah catatan hati seorang ibu yang menggetarkan, tentang betapa haji menjadi ibadah seribu madrasah.
0 comments:
Post a Comment