Tuesday, June 28, 2011

Waspadai Gula Tambahan Pada Susu Anak


Browse » Home » » Waspadai Gula Tambahan Pada Susu Anak


Ukuran berat badan bayi sering dijadikan tolak ukur anak tumbuh lebih sehat. Padahal, faktor berat badan hanyalah satu dari faktor-faktor lainnya yang menentukan kesehatan anak secara keseluruhan. Orangtua sering menganggap anak gemuk dan gendut merupakan tanda sehat. Apalagi kesan terlihat lucu dan menggemaskan. Tak heran orangtua berusaha memanjakan anak dengan makan dan minuman sehingga anak bisa mencapai berat badan tertentu. Di balik kelucuannya, anak gendut dan gemuk menyimpan bahaya besar terkait kesehatan. Dalam hal ini anak dikatakan gemuk jika BB melebihi 95 persen dari berat badan ideal berdasarkan grafik pertumbuhan berat badan kartu menuju sehat (KMS). Dari aspek tumbuh-kembangnya, anak dengan berat badan berlebih akan mengalami perlambatan dalam tumbuh-kembangnya, terutama dalam keterampilannya. Risiko lain dari obesitas pada anak, ke depan anak akan riskan terkena penyakit metabolik seperti kencing manis (diabetes), kolesterol tinggi, dan gangguan jantung. 

Angka obesitas di negara maju maupun di Indonesia meningkat, salah satunya akibat asupan gula tambahan berlebih yang dikonsumsi anak. Menurut penelitian Medical Research Unit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terhadap 100 anak usia 3-6 tahun di tiga Taman Kanak-kanak (TK) dan satu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta periode Maret-April 2011. Hasilnya menunjukkan  sebagian besar anak memiliki status gizi baik, tidak ada anak yang menderita gizi buruk, tetapi justru ditemukan 7,7% gizi lebih. Sebanyak 20% anak mengalami obesitas di TK dan 17,1% di PAUD. Kompilasi data akan status gizi menunjukkan bahwa angka prevalensi anak-anak usia dini yang mengalami kegemukan dan obesitas ini lebih tinggi dari hasil Riskedas 2007 sebesar 12, 2% (anak di bawah usia 5 tahun) dan Riskedas 2010 sebesar 14%  atau 19,6% untuk Jakarta. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  telah merekomendasikan bahwa asupan gula tambahan tidak melebihi 10% dari total energi yang dikonsumsi untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Artinya, berdasarkan AKG Indonesia 2004, anak usia 1-3 tahun tidak disarankan mengkosumsi lebih dari 25 gr gula tambahan/hari (setara 5 sendok teh) dan usia 4-6 tahun tidak melebihi 38 gram gula tambahan/hari atau setara 8 sendok teh. Hasil penelitian tadi menunjukkan bahwa untuk asupan gula harian (sukrosa, glukosa, fruktosa dan laktosa) memberikan kontribusi lebih dari 10% terhadap total kalori.  Asupan gula terbanyak adalah sukrosa 49.45 (11.10 - 136.90) gram dan terbanyak berasal dari konsumsi susu. Jika dalam sehari, anak diberikan tiga gelas susu, artinya anak tersebut mengonsumsi gula tambahan hingga 12 sendok teh. Artinya persentase ini sudah melebihi batas ambang yang direkomendasikan WHO. Orang tua harus mewaspadai asupan gula tambahan pada anak agar tidak berlebihan, bahkan tetap mempelajari nilai gizi makanan dan minuman yang mereka anggap sehat sekalipun.

Hal yang harus diwaspadai oleh para orang tua adalah jika gula tambahan dikonsumsi secara berlebihan setiap harinya oleh anak, karena kelebihan energi pada tubuh dapat menyebabkan obesitas, karies gigi dan membangun kebiasaan pola makan yang kurang baik saat anak-anak beranjak dewasa. Sementara ahli tumbuh kembang anak, dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) menjelaskan secara terinci mengenai obesitas dan dampak buruknya terhadap kesehatan. Saat dikonsumsi, makanan atau minuman manis akan diserap dengan cepat ke dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan kadar hormon insulin. Selanjutnya, hormon insulin ini akan bekerja menarik gula dan lemak dari darah untuk disimpan di jaringan sebagai persediaan di masa mendatang. Proses penyimpanan ini, jika tidak seimbang dengan pengeluaran energi akan menyebabkan kenaikan berat badan.

Obesitas dapat meningkatkan risiko bagi penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskular (jantung dan stroke), diabetes melitus tipe 2, obstructive sleep anea (mengorok), gangguan ortopedik serta pseudomotor serebri, yaitu peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas, sindroma metabolik yang berkaitan dengan obesitas yang ditandai dengan resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi, gangguan musculoskeletal khususnya osteoarthritis, dan Policystic Ovarian Syndrome (PCOS).

Ahli gizi dari LIPI, Marudut BS, MPS, mengingatkan kepada orangtua untuk menghitung asupan gula tambahan pada anak untuk mencegah obesitas karena kelebihan konsumsi gula, Baca label kandungan gula dalam kemasan secara cerdas, termasuk di dalam produk susu anak. Cermati jumlah total karbohidrat dan total gula tambahan. Dalam 2010 Dietary Guidelines untuk orang-orang Amerika, U.S Department of Agriculture merekomendasi bahwa hanya 5-15 persen gula tambahan plus lemak padat dari total kalori harian yang boleh dikonsumsi. Sepertinya itu juga bisa berlaku bagi mereka yang tinggal di mana pun, tak hanya untuk orang Amerika.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


0 comments:

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp