Tuesday, January 11, 2011

Book "Obama Tentang Israel, Islam dan Amerika"


Browse » Home » » Book "Obama Tentang Israel, Islam dan Amerika"

Bagaimana pandangan politik Obama tentang Islam, Israel, dan Amerika? Demikian barangkali pertanyaan yang ingin dijawab oleh buku berjudul Obama Tentang Israel, Islam, dan Amerika ini.

Buku kumpulan tulisan tim penerbit Hikmah, berusaha menghadirkan perspektif berbeda mengenai sosok kandidat presiden Amerika, terutama menyangkut pandangan dan pemikirannya terhadap tiga isu sensitif, yaitu Islam, Israel, dan masa depan Amerika.

Bukan tanpa alasan pertanyaan ketiga isu ini menjadi penting diketahui. Hal ini dimungkinkan karena, selain Barack Obama dikenal sebagai sosok yang b berkarakter pluralis-liberal, juga ketiga isu itu masih menjadi persoalan yang sangat krusial untuk dicarikan penyelesaiannya. Kesan Islam sebagai agama teroris serta Israel dan Amerika yang biadab?

Mengawali tulisannya, buku yang terdiri tiga bagian ini mengulas profil Obama sebagai seorang politisi yang tumbuh dan besar dari latar belakang keluarga yang beragam, yaitu seorang bapak kulit hitam beragama Islam dan ibu kulit putih beragama Kristen. Dan sempat tinggal di Indonesia.

Bagian kedua, mengulas tentang persentuhan politisi Ilionis ini dengan tema seperti teka-teki keislamannya, Yahudi Israel, dan babak baru demokrasi Amerika. Bagian ketiga, lebih semacam konfirmasi dari Obama menyangkut pernyataan-pernyataan orang lain tentang dirinya.

Membangun Keterbukaan
Lahir dari perpaduan orangtua muslim-kristen, kulit hitam dan putih, serta pengalaman tinggal di Indonesia, membuat Obama tampil sebagai figur yang plural lagi terbuka akan perbedaan.

Meski memilih sebagai seorang Kristen, pandangan-pandangan keagamannya sangat terbuka bagi agama lain. Baginya keberagamaan lebih sebagai rumusan sikap “rasional” mengenai realitas dibanding sebagai sebuah rumusan perintah “suci” yang mengikat (h.42). Pernyataan ini jelas memperlihatkan sikap plural Obama dalam memandang agama, tidak terkecuali terhadap Islam. Islam bukan agama teroris.

Pandangan ini pun memungkinkan menjadi legitimasi bagi ikhtiar bersama dalam membangun hubungan antara agama-agama Semitik (Islam, Kristen, Yahudi) yang lebih harmonis. Mengapa? Karena setiap agama lebih dipahami sebagai kenyakinan universal yang memungkinkan satu dengan lainnya saling bertemu dan saling menguatkan. Model pandangan ini seakan ingin meletakan bahwa semua agama yang diakui di Amerika memiliki potensi besar untuk membangun negeri ini, khususnya, dan dunia umumnya.

Corak pandangan ini pula yang tampaknya ingin diperlihatkan Obama ketika melihat konflik hubungan Isreal-Palestina. Pada satu sisi ia seorang jemaat United Church of Christ yang anti Israel, dan di sisi yang lain, dalam beberapa pidato politiknya, mendukung status kenegaraan Israel. “Israel adalah sekutu kita yang terkuat dan negara paling demokratis di kawasan Timur Tengah. Dan Kita harus berkomitmen penuh untuk membiayai militer Israel.” (h.76).

Terlepas dari paradoks itu, tampaknya pilihan sikap Obama itu memungkinkan munculnya tudingan yang bias kepentingan politis. Artinya sikapnya yang pluralis-liberal itu menjadikannya seakan berada di posisi abu-abu, tidak tegas: apakah anti-Israel atau pro-Israel. Dan ini pun mungkin dapat dibaca dimana Obama menyadari sikap terbukanya terhadap Islam, Israel, dan citra politik internasional sangat menentukan kesuksesan karir politiknya.

Kenyataan ini pun seakan menegaskan jargon kampanyenya “perubahan”. Dan cita-cita itu semua berusaha ingin diwujudkannya menuju Amerika yang baru. Politisi yang sering disebut-sebut sebagai Rising Star ini setidaknya menjadi tumpuan harapan bagi terwujudnya negara demokratis yang sejati, yang benar-benar menghargai kemerdekaan dan kedaulatan negara lain.

Membaca buku ini seperti menyaksikan sosok seorang yang mampu memberikan harapan baru bagi cita-cita perubahan tatanan dunia yang lebih baik. Karena walau bagaimanapun tidak dapat dimungkiri bahwa hubungan negara-negara di dunia dewasa ini masih sering dibayang-bayangi oleh phobia, ketakutan-ketakutan pada sesuatu. Di samping itu, masih belum pupusnya kenyataan konflik Israel-Palestina.

Lebih jauh lagi, buku ini seakan menjadi cermin bagi para politisi kita di tanah air. Cermin seorang politisi muda yang handal dan modal intelektual, bukan hanya modal politik uang dan jual tampang. Semoga saja para politisi kita bisa mengambil contoh!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


0 comments:

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp