Sunday, November 21, 2010

Terapi Kanker Menurut Ilmu Kedokteran China


Browse » Home » » Terapi Kanker Menurut Ilmu Kedokteran China

Sebuah obat tradisional terkenal dari China mungkin bisa menjadi solusi terapi kanker di masa depan. Obat-obat kanker saat ini menggunakan jalan memakai racun sel yang kuat untuk membunuh semua sel-sel tubuh secara lambat.

Memang dengan dosis yang optimal, sel-sel kanker dapat dihancurkan, tetapi bersamaan itu menyebabkan kerusakan terhadap sel-sel tubuh dan sejumlah sel tubuh akan mati bersama dengan sel-sel kanker. Obat China ini bisa membedakan antara sel-sel tubuh yang sehat dari sel kanker yang berpenyakit dan hanya menyerang sel-sel yang sakit.

“Kelelahan, lesu, ogah-ogahan dan apatis”,  hampir setiap pasien tidak akan gembira meskipun sudah menyelesaikan terapi awal yang merupakan salah satu dari siklus terapi kemo. Setelah berhasil bertahan terhadap pukulan diagnosa yang pertama, tiga terapi selanjutnya telah menunggu.

Pilihannya tidak menguntungkan, bila dipikirkan, contohnya, jaringan yang disinari sering kali meninggalkan bekas luka yang parah dan infeksi yang demikian rupa sehingga setelah itu hampir tidak ada dokter bedah yang berani mengoperasi pasien dengan pisau operasi. Selain itu, terapi kemo memiliki banyak efek samping seperti rambut rontok, selaput lendir terasa terbakar atau rasa mual. Ini semua adalah tantangan-tantangan yang tidak menyenangkan bagi pasien. Yang menghibur dalam hal ini, bila dilihat secara objektif, sekitar satu dari tiga pasien kanker berhasil menjalani jalan ini dan terobati dari penyakit kankernya.

Sementara itu penemuan ilmiah terbaru telah menghidupkan harapan, dengan menemukan obat kanker untuk menumpas sel-sel kanker yang sakit secara terarah, tanpa merusak sel-sel tubuh yang sehat. Dalam “Journal of Biological Chemistry“ disebutkan, pada 2009 Prof. Firestone untuk pertama kalinya memberitakan hasil-hasil penelitian baru. Hasil penelitian ini mengungkapan mekanisme molekular dari tanaman artemisia vulgaris  dari Asia timur yang dapat memerangi senyawa kanker dengan efektif.

Sekelompok zat-zat anti kanker yang efektif dari bidang kedokteran di China kuno sedang diteliti kembali, sekarang menjadi titik fokus dari penelitian obat dan akan dikembangkan lebih lanjut untuk digunakan sebagai obat. Dua ilmuwan dari universitas Washington telah menemukan pengobatan potensi untuk melawan kanker dari  obat rakyat manjur dari tradisi China kuno.

Prof. Henry Lai dan Prof. Narendra Singh menemukan hasil dalam penelitian akan kegunaan zat-zat sampingan (derivat) dari Artemesia untuk melawan kanker payudara. Hasil penemuan ini menghasilkan kegunaan dari Artemisinin yang menakjubkan. Sebuah studi dalam jurnal Life Sciences tertulis tentang bagaimana derivatnya Artemesia membunuh semua sel-sel kanker payudara dalam waktu 16 jam di bawah kondisi laboratorium. Tidak hanya bahwa zat tersebut nampaknya sangat efektif, tetapi sangat selektif terhadap sel-sel kanker itu.

Artimisia annua adalah tanaman obat legendaris pengobatan China, yang sekarang terutama digunakan untuk melawan malaria dan penyakit infeksi. Obat malaria yang sudah lama terkenal ini juga sangat efektif untuk pengobatan kanker. Di bawah kondisi laboratorium, zat ini menunjukan bahwa ia bisa membunuh sel-sel kanker dengan efektif.
Keunggulan zat ini yaitu pada saat percobaan diketahui bahwa zat tidak menyerang sel-sel kanker payudara yang sehat di sekitarnya. Obat-obat terapi kemo yang banyak digunakan sekarang mempunyai kelemahan serius, yaitu sangat beracun bagi sel-sel tubuh yang sehat dan dengan itu bisa menimbulkan efek samping yang serius.
Tetapi bagaimana zat tersebut bisa berhasil memilih sel-sel yang sakit dan menghancurkan sel-sel kanker ini? Profesor Henry Lai dari Universitas Washington, AS, menceritakan bagaimana penemuan obat ini; Sel-sel kanker memerlukan banyak zat besi untuk memperbanyak DNA, bila mereka berkembang biak,. ini artinya bahwa sel-sel kanker harus diberikan konsentrasi besi yang lebih tinggi dari pada sel-sel normal. Ketika kami mulai mengerti mekanisme aksi dari Artimisinin, kami mulai bertanya-tanya, apakah kami tidak bisa menggunakan pengetahuan ini untuk menerapkan efek dari Artimisinin terhadap sel-sel kanker.

Dari penelitian malaria telah diketahui bahwa konsentrasi besi tinggi juga ditemukan pada parasit-parasit malaria. Bila Artimisinin bersentuhan dengan besi, terjadi suatu reaksi kimia berantai, di mana banyak partikel-partikel kecil yang bermuatan terbentuk dan dinamakan radikal-radikal bebas oleh kimiawan. Radikal-radikal bebas ini memiliki keistimewaan yang mirip seperti asam klorida atau zat-zat agresif lainnya, yaitu menyerang molekul-molekul sekitarnya dan menghancurkan mereka. Demikian juga radikal-radikal bebas ini menyerang membran sel di parasit-parasit malaria dan membuat lubang-lubang di dalamnya, di mana dengan cara ini parasit-parasit malaria tersebut terbunuh.
Profesor Lai telah mendaftarkan paten dan mencari sponsor ide meningkatkan konsentrasi besi pada sel-sel kanker secara buatan. Profesor Lai ingin “memompa“ sel-sel kanker itu dengan zat besi dan menyusupkan Artimisinin ke dalam sel-sel secara terarah dan dengan ini mereka terbunuh.

Untuk mengambil lebih banyak zat besi, sel-sel kanker memiliki kepadatan reseptor lebih tinggi untuk protein transport besi, transferin. Reseptor-reseptor ini menangkap protein zat besi dari darah dan mengangkutnya ke dalam sel. Para peneliti menemukan kepadatan reseptor yang 15 kali lebih tinggi untuk protein transport besi trasferin, juga pada sel-sel kanker payudara yang diteliti.

Profesor Lai menerangkan, Kami menamakan obat ini sebagai kuda Trojan, karena sel-sel kanker mengenali transferin sebagai protein alami yang tidak berbahaya dan menerima persatuan dari transferin dan artimisinin, tanpa mengetahui bahwa sebenarnya di dalam transferin ini adalah bom untuknya aitu artimisinin ini. Bila persatuan ini sekali ada di dalam sel, zat besi bereaksi dengan artimisinin yang disusupkan dan merusak sel-sel itu. Dengan ini campuran antara transferin dan Artimisin adalah sangat beracun untuk sel-sel kanker dan bersamaan sangat selektif, karena sel-sel kanker membutuhkan zat besi yang sangat banyak. Sel-sel yang ada di sekitarnya tidak ikut rusak. Yang menarik pada zat ini, orang Tionghoa telah menggunakan zat ini sejak ribuan tahun, hanya saja menggunakannya di bidang lain.

Selain itu, tanaman obat ini berasal dari repertoar jamu kuno China. Dalam pengobatan China kuno, hasil-hasil penyembuhan berkaitan erat dengan filosofi dan sikap melalui ajaran-ajaran China kuno dari pengobatan tradisional. Bila seseorang sekarang mencoba menggunakan resep-resep dari ilmu penyembuhan kuno ini, tanpa mengindahkan inti kejiwaannya, maka hasil-hasil penyembuhannya tidak bisa disamakan dengan hasil-hasil dari dokter-dokter China kuno.

Para dokter legendaris China seperti Hua Tuo, Bian Que atau Li Shizhen menilai seorang pasien tidak hanya berdasarkan penyakitnya. Sebaliknya mereka memperhatikan segenap pribadi orangnya dengan karakter, kebajikan dan sikap pada keseluruhan pengobatan mereka. Misalnya, bila seseorang dalam hidupnya selalu berjuang demi karir dan keuntungan pribadi, maka ia akan menjadi orang yang selalu sehat dan melihat penyakit sebagai noda, sebagai ketidakadilan dalam hidup. Menurut ajaran dari pengobatan China, orang seperti itu sulit disembuhkan.
Begitulah nampaknya  hasil-hasil penyembuhan pada pasien perorangan yang juga berkaitan dengan gaya hidup dan sikapnya. Bila persoalannya mengembangkan obat kanker yang bisa menyembuhkan semua pasien dengan tidak tergantung dari karakter dan sejarah hidup mereka, bisakah segera ditemukan “senjata ajaib“ untuk setiap pasien dan untuk melawan segala jenis kanker, yang mungkin akan menunda penelitian kanker untuk di kemudian hari. Bahkan di ilmu kedokteran Barat hampir tidak ditemukan seorang Profesor yang percaya akan hal tersebut dari pengalaman pribadinya.

Penggunaan zat Artemisinin bukanlah barang baru. Sejak zaman kuno sudah ribuan tahun lamanya tanaman Artemesia digunakan untuk melawan sejumlah keluhan di China. Catatan tentang Artemesia sebagai obat sudah ada sejak dinasti Han pada abad ke dua sebelum masehi. Baru pada era 70-an ditemukan obat malaria di pengobatan barat. Pada zaman China kuno, Artemisinin menunjukkan efek yang begitu kuat terhadap malaria yang dulunya belum pernah diamati.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


0 comments:

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp