Tuesday, October 26, 2010

Reaksi Alergi Anafilaksis


Browse » Home » » Reaksi Alergi Anafilaksis

Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka.

Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen pelindung yang normal pada sistem kekebalan.

Alergi bisa menyerang semua anggota tubuh, kecuali rambut dan kuku. Selain karena faktor genetik (awalnya memang sudah sudah sensitif, dan terus menumpuk, tinggal menunggu pemicunya), faktor lingkungan (sanitasi yang kurang baik), stres dan daya tahan tubuh menurun berperan meledakkan kasus alergi di usia dewasa.

Macam-macam reaksi alergi:
  • Rhinitis Alergika Musiman
  • Rhiitis Alergika Pereneal
  • Konjungtivitis Alergika
  • Alergi & Intoleransi Makanan
  • Anafilaksis
  • Kaligata (Urtikaria)
  • Angioedema Herediter
  • Mastositosis
  • Alergi Fisik
  • Reaksi Alergi Akibat Olah Raga.
Penyebab Reaksi Alergi
Istilah reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi yang melibatkan antibodi IgE (immunoglobulin E). Ig E terikat pada sel khusus, termasuk basofil di dalam sirkulasi darah dan sel mast di dalam jaringan. Jika antibodi IgE yang terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan antigen (dalam hal ini disebut alergen), maka sel-sel tersebut didorong untuk melepaskan zat kimia yang melukai jaringan di sekitarnya. Alergen bisa berupa partikel debu, serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak sebagai antigen yang merangsang terajdinya respon kekebalan.

Gejala Reaksi Alergi
Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair, mata terasa gatal dan kadang bersin. Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obat tertentu atau setelah disengat lebah.

Pencegahan Reaksi Alergi
Menghindari alergen adalah lebih baik daripada mencoba untuk mengobati suatu reaksi alergi. Dengan menghindari alergen, maka penderita tidak perlu:
  • Mengkonsumsi obat tertentu
  • Memasang alat penyaring pada AC
  • Melarang hewan peliharaan berkeliaran di dalam rumah
  • Berhenti mengkonsumsi makanan tertentu.
Kadang penderita yang alergi terhadap bahan yang berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu, mungkin harus berganti pekerjaan. Penderita alergi musiman yang berat mungkin perlu mempertimbangkan untuk pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki alergen tersebut.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari kontak dengan alergen:
  • Jika alergi terhadap debu rumah, sebaiknya jangan menggunakan mebel, karpet dan tirai yang sifatnya menampung debu
  • Membungkus kasur dan bantal dengan pelindung plastik
  • Menghisap debu sesering mungkin
  • Menggunakan AC untuk mengurangi kelembaban ruangan yang tinggi
  • Memasang penyaring udara yang sangat efisien.
Beberapa alergi yang terbawa oleh udara tidak dapat dihindari, karena itu seringkali digunakan metode untuk menghalangi respon alergi dan penggunaan obat untuk meringankan gejala.

Penanganan terhadap pasien dilakukan dengan pemeriksaan. Pemeriksaan bisa membantu menentukan apakah gejalanya berhubungan dengan alergi dan menentukan alergen penyebabnya. Misalnya, pemeriksaan darah, tes RAS (radioallergosorbent), dan tes kulit.

Pengobatan Reaksi Alergi
Jika tidak dapat menghindari alergen, pilihan pengobatannya adalah imunoterapi alergen (suntikan alergi). Dengan imunoterapi, sejumlah kecil alergen disuntikkan di bawah kulit dan dosisnya dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis pemeliharaan. Pengobatan ini merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi penghalang atau antibodi penetralisir yang bertindak sebagai pencegah terjadinya reaksi alergi.

Pada akhirnya kadar antibodi IgE dalam darah (sebagai antigen) juga turun. Imunoterapi harus dilakukan secara hati-hati karena pemberian alergen dosis tinggi yang terlalu cepat bisa menyebabkan terjadinya reaksi alergi.

Imunoterapi paling sering digunakan untuk penderita alergi terhadap serbuk tanaman, partikel debu rumah, racun serangga dan bulu binatang. Imunoterapi tidak dianjurkan untuk dilaksanakan pada penderita alergi makanan karena resiko terjadinya anafilaksis.

ANAFILAKSIS
Ada satu jenis langka dari alergi yang bisa mengancam jiwa, terutama jika tidak diketahui dan ditangani dengan tepat. Seperti halnya dengan jenis-jenis alergi lain, anafilaksis disebabkan oleh kontak dengan alergen. Saat tubuh mendeteksi sesuatu yang menyebabkan alergi itu berbahaya, maka tubuh akan melepaskan antibodi yang disebut immunoglobulin E. Kontak pertama disebut sensitisasi dan ini tidak menampakkan gejala sama sekali, saat kontak berkembang maka tubuh akan bereaksi dengan memproduksi imun yang bisa mempengaruhi seluruh tubuh. Saat itulah seluruh badan mengalami alergi terhadap alergen.

Karena kurangnya definisi yang jelas dari sindrom tersebut, jumlah pasti dari kejadiannya di amerika kurang bisa dipastikan. Para ahli memperkirakan bahwa anafilaksis terjadi pada kurang-lebih 1% dari seluruh populasi penduduk. Ini berarti bahwa sindrom tersebut sangat jarang.

Anafilaksis bisa terjadi pada segala usia. Perempuan dewasa lebih rentan terkena anafilaksis daripada lelaki dewasa. Namun sebaliknya pada anak-anak, anak lelaki lebih rentan terkena daripada anak perempuan sebayanya.

Ada 3 kategori tingkat keparahan Anafilaksis yaitu :
a. Reaksi ringan yaitu reaksi alergi gejala yang mempengaruhi kulit dan lapisan persis di bawah kulit, seperti:
  • Kulit: gatal, gatal-gatal, kemerahan, pembengkakan 
  • Mata : merah, berair, gatal
  • Hidung: bersin, hidung tersumbat, hidung beringus
  • Mulut: gatal, pembengkakan bibir atau lidah
  • Tenggorokan: gatal, sesak, kesulitan menelan, suara serak
b. Reaksi sedang yaitu reaksi alergi yang mempengaruhi kardiovaskular, pernapasan atau saluran pencernaan yaitu :
  • Dada: sesak napas, batuk, bersin, nyeri dada, sesak 
  • Jantung: denyut nadi lemah, pingsan, shock 
  • Usus : muntah, diare, kram perut 
c. Reaksi berat yaitu munculnya gejala shock anafilaktik. Shock anafilaktik adalah tipe yang paling berat dari reaksi anafilaksis. Melibatkan penurunan mendadak dari tekanan darah dan penyempitan bronkial saluran nafas sehingga menyebabkan kesulitan bernafas, pusing, bahkan ketidaksadaran kematian.

1. Gejala-gejala Anafilaksis
Gejala dari anafilaksis berbeda-beda antara satu kasus dan kasus lainnya. Normalnya, serangan dimulai dengan kulit memerah, hidung berair, dan merasa tidak enak badan. Dikarenakan oleh cepatnya perkembangan alergi ini, gejala-gejala diatas bisa memburuk lebih cepat dan menjadi gejala yang lebih komplek. Gejala-gejala yang lebih serius meliputi kesulitan bernafas, sakit perut, dada sesak dan tenggorokan tersekat, batuk, hidung tersumbat, bicara tersendat, tersengal, mual dan muntah, pusing, tekanan darah rendah, diare dan jantung berdegup lebih cepat. Penderita juga bisa berakhir dengan serangan jantung.

Serangan penuh dari anafilaksis sering kali ditandai bercak-bercak merah pada kulit, bengkak pada kulit, sulit bernafas dan tekanan darah menjadi rendah. Gejala-gejala tersebut bisa berujung pada ketidaksadaran dan kemudian kematian.

2. Penyebab Anafilaksis
Penyebab pasti anafilaksis belum diketahui tapi dipercaya ada keadaan yang memicunya. Hal tersebut secara umum dikaitkan dengan bermacam komponen dan peristiwa yang memicu reaksi alergi, termasuk makanan, obat-obatan, karet, sengatan serangga, begitu juga dengan olahraga dan terkena sinar X. Namun penyebab umum terjadinya alergi juga bisa menyebabkan anafilaksis.

3. Diagnosa Anafilaksis
Diagnosa terhadap anafilaksis hanya bisa dilakukan jika gejalanya timbul. Namun karena gejala-gejala dari anafilaksis mirip dengan berbagai macam penyakit serta sindrom lainnya, maka akan sulit dipastikan apakah penderita tersebut akan terkena anafilaksis atau tidak. Penderita dari jenis alergi lain lebih rentan terkena anafilaksis daripada mereka yang tidak mempunyai sejarah alergi.

4. Pengobatan Anafilaksis
Injeksi dengan epinefrin merupakan cara terbaik untuk meredakan gejala anafilaksis. Epinefrin merupakan jenis adrenalin yang efektif meredakan gejala anafilaksis dan menstabilkan tubuh. Saat gejala sudah diredakan, pasien akan menjalani pengobatan dengan memberikan obat kedalam pembuluh darahnya dengan cairan yang akan melemahkan sistem imun tubuh, terutama paru-paru. Setelah itu, histamine dan steroid akan dimasukkan ke aliran darah unuk menstabilkan tubuh.

5. Persiapan
Mereka yang mempunyai alergi dianjurkan mengunjungi dokter untuk persiapan. Biasanya dokter akan meresepkan sebuah alat injeksi epinefrin yang praktis sehingga bisa dibawa kapan saja. Merupakan tindakan bagus juga jika anda selalu membawa kartu identitas yang menyebutkan alergi anda, sehingga pengobatan bisa dilakukan secara tepat jika terjadi hal-hal yang darurat.

6. Pencegahan Anafilaksis
Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin atau epinefrin.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


0 comments:

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp