
Senja telah mengukir kejayaannya di ufuk barat. Di antara warna pelangi yang merekah seperempat lingkaran singgasananya terbangun. Renai hujan di pucuk-pucuk pinus menjadi rahmat bagi semut merah yang lama merindukan air dari langit. Wajah hutan pinus yang berdebu perlahan tersaput tetesan air dari pasukan awan sore itu. Namun, istana senja dengan mahligai mega-meganya tetap menawan tak terkalahkan.
“Tantri! Tantri,” dari dalam bilik bambu yang reot samar-samar terdengar seorang wanita kurus yang sudah setengah baya memanggil anak gadisnya.
“Ya, Bu,” jawabnya singkat. Lalu gadis kecil berumur enambelas tahun itu melangkah menuju bilik ibunya,”ada apa ibu memanggil saya?”
“Duduklah di sini, nduk.” Kata wanita setengah baya itu sambil memandang tepian ranjang bambu tempatnya terbaring lemah.
0 comments:
Post a Comment