Tuesday, March 29, 2011

Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional (Berlebihan)


Browse » Home » » Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional (Berlebihan)

Bahaya Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional BerlebihanPenggunaan atau pemberian antibiotik pada anak sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh semakin baik, justru merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas bisa menurun akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa waktu kemudian menjadi mudah jatuh sakit kembali.

Jika pemberian antibiotik dilakukan berulang-ulang, ujung-ujungnya anak jadi mudah sakit dan harus bolak-balik ke dokter gara-gara penggunaan antibiotik yang tak rasional. Kenapa bakteri bisa menjadi kebal terhadap antibiotik? Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh. Tapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak.Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Jadi, bagi anda yang mengalami batuk, flu dan demam tidak perlu menkonsumsi antibiotik. Karena, dengan sering meminum antibiotik tidak akan membuat anda lebih sehat, dan tidak akan menjadikan anda lebih baik.  Kenyataannya, dokter justru 'boros dalam menggunakan antibiotik sehingga bisa menimbulkan dampak buruk antara lain sakit berkepanjangan, biaya yang lebih tinggi, penggunaan obat yang lebih toksik, dan waktu sakit yang lebih lama.

Selain itu, ada beragam efek yang mengancam bila anak mengonsumsi antibiotik secara tidak rasional (irasional), di antaranya kerusakan gigi, demam, diare, muntah, mual, mulas, ruam kulit, gangguan saluran cerna, pembengkakan bibir maupun kelopak mata, hingga gangguan napas. Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan, pemberian antibiotik pada usia dini berisiko menimbulkan alergi di kemudian hari.

Dampak lain akibat pemberian antibiotik irasional adalah gangguan darah di mana salah satu antibiotik seperti kloramfenikol dapat menekan sumsum tulang sehingga produksi sel-sel darah menurun. Risiko kelainan hati muncul pada pemakaian antibiotik eritromisin, flucloxacillin, nitrofurantoin, trimetoprim, dan sulfonamid.

Golongan amoxycillin dan kelompok makrolod dapat menimbulkan allergic hepatitis (peradangan hati). Sementara antibiotik golongan aminoglycoside, imipenem/meropenem, ciprofloxacin juga dapat menyebabkan gangguan ginjal. Selain itu, pemberian antibiotik spektrum luas tanpa indikasi yang tepat dapat mengganggu perkembangan flora normal usus karena dapat mematikan bakteri gram positif, bakteri gram negatif, kuman anaerob, serta jamur yang digunakan pada proses pencernaan dan penyerapan makanan dalam tubuh. Bakteri yang ada di dalam tubuh umumnya menguntungkan, seperti bakteri pada usus yang membantu proses pencernaan serta pembentukan vitamin B dan K.

Nah, anak yang kelebihan antibiotik bisa mengalami kekurangan vitamin K yang berguna mencegah perdarahan. Selain itu, juga akan menyebabkan anak menderita penyakit diare karena sistem pencernaan terganggu dan mengalami iritasi di bagian usus akibat zat-zat kimia dari antibiotik. Diare disebabkan terbunuhnya kuman yang diperlukan untuk pencernaan dan menjaga ketahanan usus sehingga bakteri "jahat" menguasai tempat tersebut dan merusak proses pencernaan.

Akibat lain dari pemberian antibiotik yang tidak tepat adalah timbulnya kuman yang resisten. Setiap makhluk memiliki kemampuan untuk bertahan, begitu pun bakteri atau kuman. Jika jasad renik ini diserang terus-menerus, akan tercipta suatu sistem untuk bertahan dengan cara bermutasi atau berubah bentuk sehingga sulit dibunuh oleh antibiotik. Jadi, semakin sering mengonsumsi antibiotik, makin resisten pula bakteri, parasit, atau jamur tersebut.

Bibit penyakit yang resisten itu dikenal dengan nama superbugs. Superbugs ini dapat menjadi masalah serius bagi kesehatan, baik bagi si penderita maupun masyarakat luas. Bila ada anggota masyarakat di suatu lingkungan mengonsumsi antibiotik secara berlebihan (tidak rasional), lingkungan tersebut potensial terinfeksi oleh kuman yang sudah resisten antibiotik.

Infeksi akibat superbugs ini memerlukan antibiotik yang jauh lebih kuat. Pasien harus dirawat di rumah sakit karena antibiotiknya harus diberikan melalui cairan infus. Antibiotik ini berisiko menimbulkan efek samping kesehatan yang lebih berat. Selain itu, dalam waktu cepat, bakterinya akan kebal kembali terhadap antibiotik yang superkuat tadi. Itulah sederet akibat buruk dari penggunaan antibiotik secara berlebihan (irasional) yang akan dirugikan tentu bukan hanya pasien, tapi juga lingkungan sekitarnya. 

Di masyarakat, antibiotik kerap kali dibeli tanpa resep dan penjelasan. Masyarakat kerap membeli antibiotik dengan resep yang pernah didapat sebelumnya, mengkonsumsi antibiotik untuk batuk, demam dan pilek. Karena itu, pasien diharapkan tidak selalu meminta dokter memberikan antibiotik terutama untuk penyakit infeksi virus seperti flu, pilek, atau batuk. Memang, antibiotik mampu memerangi infeksi akibat bakteri atau kuman sehingga tak lepas perannya dalam proses penyembuhan. Akan tetapi, penggunaan yang irasional menyebabkan antibiotik lebih banyak merugikannya ketimbang menguntungkan. Dan yang perlu dingat dan digarisbawahi disini adalah: Antibiotika Bukanlah Obat Super!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


0 comments:

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp