
...Aku hanya mampu protes dari imajiku, dari gambar-gambar nyata yang kutuang menjadi imajinasi di dalam warna. Sungguh, aroma ini dulu tidak pernah tercium olehku. Tapi kini, dia begitu melekat dan menyengat. Membuat otakku seperti sampah. Dan tentu saja kusapa tanpa henti ribuan lalat yang mendengaung keras di sela-sela tumpahan cat minyakku... Aku Dan Burung Hantu.
...Memandang pucuk-pucuk daun yang pilu lara karena dahannya patah semua. Dimana aku harus menentukan arah jalanku, sedang lagit sudah semakin gelap. Hilang sudah jejak petualangnganku dengan hadirnya malam dan aku terpaksa terbang bebas setelah mailakat menjemputku, lalu mengantarku pada kekasih yang hilang tertelan ombak…mungkin mati... Terjemput Malaikat Kematian IV.
Terlalu rumit untuk memahaminya? Atau anda menyukai sebuah kisah yang metropolis? Silahkan membaca kumpulan cermin ini karena detik demi detik akan terus berlalu tanpa pernah mau menunggu. Kumpulan cerpen setebal 90 halaman ini sepertinya layak anda baca
