Nabi Muhammad Saw. adalah sosok idola yang sebenarnya. Bahkan, Al Quran menjuluki beliau sebagai uswatun hasanah, suri teladan yang baik. Di dalam dirinya, terdapat semua patokan untuk disebut sebagai idola. Hal ini berbeda dengan bintang-bintang idola pada zaman sekarang. Mereka seakan mengajak penggemarnya ke dalam jebakan dan tipuan dalam hidup glamor. Perilaku dan gaya hidup mereka pun tidak semuanya indah untuk diamalkan.
Sebetulnya, kecintaan kepada Rasulullah adalah bagian dari konsekuensi syahadat. Kita telah mengaku Allah Swt. itu sebagai Illah, Tuhan, kecintaan hakiki. Nah, dengan pernyataan “wa asyhadu anna muhammadar rasulullah”, itu artinya kita mengakui bahwa Muhammad sebagai Rasulullah. Secara sadar kita harusnya juga mengaku bahwa tuntunan, panduan, dan contoh hidup itu adalah Nabi Muhammad Saw.
Semua yang ingin kita contoh dari Nabi Muhammad telah terkumpul dalam hadis dan sunnah rasul. Kita tidak perlu ragu mengamalkannya. Keaslian dan kesahihan hadis dan sunnah rasul sudah benar-benar diseleksi oleh ulama dan ahli hadis. Meskipun ada beberapa hadis palsu, keberadaan hadis tersebut pasti akan terdeteksi karena perbedaannya dengan sumber segala hukum dalam Islam, Al Quran.
Selain itu, untuk lebih memahami tentang teladan kita, Rasulullah Saw., sekaligus memperdalam ilmu keagamaan kita tidak ada salahnya mengikuti majelis-majelis diskusi dan dakwah islam. Banyak sekali manfaat mengikutinya, termasuk kita juga akan terlatih untuk bisa menyampaikan kalimat-kalimat kebenaran kepada orang lain. Dan untuk itu, dibutuhkan ilmu-ilmu lain selain ilmu agama yang akan membantu kita dalam kelancaran berdakwah.
Rasulullah, the real idol, berpesan pada kita untuk jangan meninggalkan salat. Umat muslim harus tetap menegakkan salat. Pada saat salat lah kita berdialog dengan Sang Khalik dan salat juga merupakan stairway to heaven.
0 comments:
Post a Comment