Thursday, June 17, 2010

Book "Frankenstein"


Browse » Home » , » Book "Frankenstein"

Ibu Frankenstein adalah seorang yang baik dia suka mengunjungi keluaga-keluarga miskin. Saat ia berkunjung ke sebuah rumah petani miskin yang mempunyai 4 anak laki-laki dan yang termuda adalh seorang anak perempuan yang manis, ibu frankenstein memutuskan untuk merawatnya sebagai anaknya sendiri. Anak itu bernama Elizabeth Lavenza. Lalu orangtua Frankenstein memiliki seorang anak laki-laki bernama Ernest yang usianya 7 tahun lebih tua dari Frankenstein. Lalu, memiliki anak laki-laki lagi bernama William.

Victor Frankenstein sangat ingin tahu tentang rahasia kehidupandia selalu senang mempelajari fakta-fakta yang ada di jagad raya ini. Pertama ia tertarik pada petir, lalu listrik dan lain sebagainya. Dia pun tumbuh menjadi seorang laki-laki yang pandai.

Saat usianya menginjak 17 tahun orangtuanya memutuskan mengirim Frankenstein untuk melanjutkan sekolahnya ke Universitas Ingoldstadt. Namun sebelum keberangkatannya, sebuah peristiwa menyedihkan terjadi. Elizabeth sakit parah dan hidupnya dalam bahaya. Ibunya selalu berada di sebelah ranjangnya untuk merawat Elizabeth siang dan malam. Tiga hari kemudian, Elizabeth membaik. Namun sekarang ibu yang sakit parah. Selama beberapa hari, Frankenstein sekeluarga merawatnya. Dan pada akhir hayatnya, ia berkata pada ayah, Frenkenstein dan Elizabeth bahwa ia ingin kelak Elizabeth dan Frankenstein akan menikah.

Akhinya, Frankenstein pun pergi untuk menuntut ilmu di Ingoldstad yang dulu sempat tertunda. Di sana ia belajar tentang banyak hal. Dia pun hampir setiap hari melakukan percobaan-percobaan di laboraturium. Terkadang dia menghabiskan malamnya di sana. Kini dia tertarik pada rahasia kehidupan. Frankenstein melihat bagaimana kematian selalu berhasil mengalahkan kehidupan. Ia hendak memutar logika yang telah sejak lama diakui sebagai kebenaran mutlak ini, yakni kematian juga bisa menciptakan kehidupan. Diapun mencoba menciptakan makhluk hidup dari potongan-potongan mayat ditambah dengan rumus-rumus rumitnya. Dia mengerjakan pekerjaan kerasnya kamar lantai atas rumah kontrakannya yang tak jauh dari Ingoldstadt. Dia menyelesaikan pekerjaannya seorang diri tanpa adas yang tahu.

Dari usaha kerasnya yang tanpa batas inilah kemudian tercipta sesosok makhluk baru yang mengerikan. Makhluk itu bertubuh tinggi, besar, kulit kuning yang hampir tidak dapat menyembunyikan jaringan otot dan pembuluh darah di bawahnya, rambut sehitam beledu panjang dan lebat, mata sewarna dengan lekuk mata, wajah keriput dan bibir lurus berwarna hitam.

Apa yang terjadi kemudian pada diri Frankenstein adalah kekecewaan mendalam. Setelah makhluk ciptaannya hidup, ia membayangkan kengerian yang menyesakkan napas serta rasa jijik yang mencekik, apalagi di kemudian hari makhluk ciptaannya yang kekuatannya berpuluh-puluh kali kekuatan manusia biasa itu menunjukkan sifat-sifat jahat dan pendendam. Makhluk itu pernah berkata bahwa ia akan membuat Frankenstein terus menderita dan tidak akan memiliki kebahagiaan seperti dirinya.

Karena terlalu kaget akhirnya Frankenstein pun jatuh sakit selama berbulan-bulan, ia pun selalu memikirkan ucapan-ucapan monster tersebut. Setelah mendengar kabar bahwa dia sakit, Clerval pun datng menjenguk dan merawatnya hingga ia sehat. Lalu, Frangkenstein pun menulis surat untuk keluarganya di Jenawa, ia menjelaskan bahwa ia di sana baik-baik saja.

Beberapa bulan setelahnya, keadaan menjadi membaik. Sepucuk surat dari ayahnya diterimanya. Dalam surat itu ayahnya berkata bahwa adiknya William yang sangat manis meninggal dunia. Setelah 6 tahun tidak pulang ke Jenawa, Frankenstein pun pulang. Ternyata polisi telah menemukan pembunuhnya, Justine Moritz. Semua orang tidak memercayainya. Dia adalah anak yang baik, dia pun tidak memiliki alasan untuk membunuhnya. Namun, hukuman tetap harus dijalani walau semua anggota keluarga korban tak satu pun memercayainya. Akhirnya Justin Moritz pun divonis hukuman mati.

Frankenstein menyadari bahwa tidak mungkin itu perbuatan Justine, dia mengira itu adalah perbuatan si Monster! Dia mengira monster itu membuat seolah-olah Justine lah pembunuhnya. Frankenstein pun sangat merasa bersalah.

Dua bulan setelah kematian Justine, Frankenstein memutuskan pergi ke pegunungan Chamonix. Setelah tiba di sana ia pun langsung tidur karena kelelahan. Keesokan harinya ia mendaki puncak Montavert. Di sana ia bertemu dengan si monster. Frankenstein pun meluapkan semua amarahnya saat itu dengan mencacimaki si monster. Monster itu pun juga meluapkan rasa marahnya di sana, rasa marah ke pada Frankenstein yang telah menciptakannya tanpa memberi kebahagiaan.

Monster itu bercerita bahwa selama dua bulan ini dia hidup di sebuah rumah kosong. Tak jauh dari rumah itu ada sebuah rumah kecil dengan penghuni yang hidup bahagia. Monster ingin hidup bahagia seperti mereka. Di sana ada seorang perempuan yang cantik dan baik hati, Monster pun jatuh hati terhadap perempuan itu. Namun, si Monster sadar jika ia menunjukkan dirinya di hadapan mereka, mereka semua pasti lari ketakutan.

Lalu si Monster pun berjanji pada Frankenstein tidak akan mengganggu hidupnya, tidak akan membuat hidupnya menderita lagi. Namun dengan satu syarat. Dia ingin dibuatkan satu monster wanita untuk menjadi pasangan hidupnya dan membuatnya bahagia.

Frenkenstein pun menyanggupinya. Lalu dia pun mulai membuat seorang monster wanita di Skotlandia di sebuah tempat yang tenang dan sendiri.

Saat pembuatan monster wanita setengah jadi, tiba-tiba Frankenstein kebingungan menghampirinya. Dia berfikir dengan adanya dua monster maka akan ada dua kekacauan pula. Lalu dia menghentikan pekerjaannya itu. Tetapi monster itu tahu apa yang dilakukan oleh Frankenstein. Monster mengerikan itu pun marah besar lalu menghampiri Frankenstein dan Monster itu mengancamnya.

Lalu Frankenstein pergi ke London untuk menemui sahabatnya, Clerval. Sudah berhari-hari ia ada di kapal kecil yang membawa dirinya seorang diri menuju London. Karena kelelahan Frankenstein pun tertidur, namun saat ia bangun dia berada di tempat yang ia tidak kenal.

Lantas ia menanyakan hal yang membuatnya bingung itu ke pada orang-orang yang ada di sana. Saat ia bertanya, ia malah dituduh dengan tuduhan sebagai pembunuh. Karena sebelumnya di sana terjadi pembunuhan dan pembunuhnya diketahui memakai perahu seperti Frankenstein. Dia pun terkejut karena tidak tahu apa-apa. Ia pun dijebloskan dalam penjara sambil menunggu persidangan.

Saat ayahnya mendengar berita tersebut ayahnya langsung datang menengok sambil membawakannya seorang pengacara. Dan akhirnya Frankenstein tidak terbukti bersalah dan dibebaskan. Kemudian ayahnya memberinya berita duka yang datang dari sahabatnya, Clerval. Ia sudah tewas. Frankenstein terkejut.

Namun kehidupan tetap berjalan, Frankenstein yang sudah lama tidak pulang ke Jenawa, pulang ke Jenawa bersama ayahnya. Saat tiba di sana ia bertemu dengan Elizabeth. Ayahnya pun ingin ia lekas-lekas menikahi Elizabeth.

Tak lama setelahnya, Frankenstein menikah. Setelah menikah ia dan istrinya, Elizabeth pergi berlibur. Namun saat malam pertama ia menikmati liburannya itu, Elizabeth tewas terbunuh monster, dengan cara dicekik dan digantung.

Beberapa bulan setelah kematian Elizabeth, ayahnya pergi menyusulnya. Ayahnya meninggal karena sakit. Sakitnya disebabkan oleh kesedihannya ditinggal Elizabeth.

Frankenstein pun marah besar. Ia memutuskan untuk mencari Monster itu ke mana-mana. Ia berhasil menemukannya namun Monster itu selalu bisa kabur dan membuatnya lebih marah lagi. Saat pencariannya itulah, ia Frankenstein bertemu dengan sekelompok orang dengan pemimpin bernama Robert Walton yang melakukan perjalanan ke kutub utara.

Walton menemukan Frankenstein dalam keadaan kurus, lemah dan sakit. Waton pun mengajaknya turut berlayar bersamanya. Dalam perjalanan menuju ujung paling utara bumi, Frankenstein menceritakan kisahnya dengan Monster tersebut.

Malangnya, dalam perjalanan mereka terjebak badai dahsyat yang menyebabkan hampir seluruh awak kapal meninggal. Frankenstein sakit parah dan sangat lemah saat itu. Dia tidak mampu berdiri dari ranjangnya.

Saat genting itulah ia bertemu dengan monster. Walton pun menyaksikan pertemuan keduanya dan mendengarkan percakapannya. Sebelum Frakenstein berbicara banyak, ajal menjemputnya. Dan saat itu pula lah Monster itu menyatakan penyesalannya yang mendalam karena telah menyakiti penciptanya ke pada Walton yang saat itu sangat ketakutan. Lalu dengan cepat Monster itu loncat dari kapal dan tak terlihat lagi. Itu lah akhir dari kisah mengerikan ini karangan Mary Shelley.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


0 comments:

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp