Tuesday, May 11, 2010

Polusi Udara Tingkatkan Resiko Usus Buntu!!!


Browse » Home » » Polusi Udara Tingkatkan Resiko Usus Buntu!!!

Diduga polusi udara meningkatkan risiko umum peradangan jaringan. Udara yang sehat pastinya membawa banyak manfaat. Jangan pernah sepelekan apa yang kita hirup karena menentukan kesehatan tubuh. Sebuah riset terbaru menduga polusi udara bisa memicu risiko radang usus buntu. Jika usus buntu mengalami peradangan, harus disingkirkan dengan operasi untuk mencegah risiko bakal memburuk dan menyebabkan nyawa pasien terancam.

Sebuah tim peneliti dari University of Calgary, Calgary, Alberta, Kanada, menemukan banyak pasien (sakit usus buntu) yang dirawat di rumah sakit pada hari-hari saat polusi udara berada di level tertinggi. Studi yang dipresentasikan untuk sebuah konferensi American College of Gastroenterology pekan ini menduga polusi udara meningkatkan risiko umum peradangan jaringan.

Usus buntu adalah sebuah kantong kecil yang terhubung usus besar. Peranannya hingga kini belum jelas, tapi beberapa bukti memperkirakan organ mungil itu mungkin sebagai semacam pelabuhan bakteri menguntungkan, yang membantu pencernaan dan memerangi infeksi.

Radang usus buntu atau disebut apendicitis, yang menyebabkan usus buntu membengkak dan penuh nanah, dapat disebabkan oleh infeksi atau gangguan buang air besar, tapi dalam banyak kasus tak ada penyebab yang pasti. Lihat informasi lebih lanjut disini.

Tim periset dari Calgary mengidentifikasi lebih dari 45 ribu orang dewasa yang dirawat di rumah sakit akibat apendicitis pada 1999-2006. Mereka menemukan hampir 15 persen para pasien, lebih banyak di antaranya, harus masuk rumah sakit pada hari-hari konsentrasi ozon tertinggi dibanding pada hari-hari konsentrasi ozon lebih rendah. Temuan serupa tampak untuk polutan udara lainnya, seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan bahan-bahan partikuler, meskipun efeknya tampak belum kentara. Efek polusi udara berada paling kuat selama bulan-bulan musim panas, saat orang-orang lebih suka berada di luar rumah atau udara terbuka.

Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa polusi udara mungkin menyulut penyakit lainnya lewat peradangan dan para periset menyatakan hal itulah yang agaknya sebagai penjelasan atas temuan mereka. Pemimpin tim riset Calgary, Dr Gilaad Kaplan, Senin lalu mengatakan, "Jika hubungan antara polusi udara dan radang usus buntu terkonfirmasi, peningkatan kualitas udara dapat mencegah kejadian apendicitis pada sejumlah individu."

Dr Anton Emmanuel, direktur medis sebuah lembaga bantuan gangguan pencernaan, Core, menyatakan ada kemungkinan polusi udara punya dampak terhadap aliran darah, yang dalam teori agaknya bisa membuat gangguan pada leher usus buntu. Bagaimanapun, dia menyatakan dampak apa pun lebih besar bila terjadi pada jangka lebih panjang. Polusi udara yang berkepanjangan bisa menyebabkan dehidrasi, yang mungkin meningkatkan risiko kerusakan organ usus buntu. Lebih jauh, Dr Emmanuel menyebut hal itu juga memungkinkan adanya hubungan yang nyata antara radang usus buntu dan polusi udara--keduanya fenomena lumrah--boleh jadi tak kentara (palsu).


Namun, Dr. F. Paul Buckley III, seorang asisten profesor bedah di Texas A&M Health Science Center College of Medicine, masih meragukan hubungan antara polusi udara yang terjadi dengan peningkatan penyakit usus buntu. Menurutnya tidak ada seorang pun yang tahu mengapa usus buntu atau pembengkakan dan infeksi usus buntu bisa terjadi.

Sebuah teori yang berlaku adalah usus buntu terjadi ketika sebuah kantung berbentuk seperti organ yang melekat pada usus besar tertutup. Secara spesifik beberapa ahli percaya bahwa asupan serat yang kurang mengakibatkan terhalangnya saluran usus buntu oleh kotoran (tinja) dalam tubuh.

Tapi menurut Kaplan, faktor yang memicu dugaan polusi udara bisa mengakibatkan usus buntu adalah banyaknya orang yang datang ke rumah sakit dengan keluhan radang usus buntu saat konsentrasi polusi udara sedang tinggi, khususnya kadar ozon dan nitrogen dioksidanya. Hasil lain yang ditemukan adalah laki-laki lebih banyak mengalami usus buntu saat udara kotor dibandingkan dengan perempuan, namun para peneliti belum dapat mengetahui apa penyebabnya.

Untuk bisa lebih memastikannya perlu penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk mengetahui kesimpulan tersebut benar atau tidak. Tapi sebaiknya masyarakat harus tetap mengendalikan polusi udara agar tidak bertambah parah, karena ini bisa melindungi seseorang dari penyakit pernafasan dan jantung yang diakibatkan oleh zat-zat beracun tersebut.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


2 comments:

odonk's on May 13, 2010 at 5:53 PM said...

aduh jd takut umz...

Om Rame on May 17, 2010 at 9:10 PM said...

ngeri juga nih hidup di kota besar yang tinggi akan poLusi udaranya.

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp