Tuesday, April 27, 2010

Book "Ilusi Negara Islam"


Browse » Home » » Book "Ilusi Negara Islam"

Buku ini sudah ramai dibicarakan beberapa waktu yang lalu, dan ternyata isi buku tersebut telah menjadi ajang analisis investigasi yang mendalam dari kalangan NU dan Muhammadiyah sekitar 4 tahun silam.

"Gerakan garis keras transnasional dan kaki tangannya di Indonesia sebenarnya telah lama melakukan infiltrasi ke Muhammadiyah. Dalam Muktamar Muhammadiyah pada bulan Juli 2005 di Malang, para agen kelompok-kelompok garis keras, termasuk kader-kader PKS dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), mendominasi banyak forum dan berhasil memilih beberapa simpatisan gerakan garis keras menjadi ketua PP. Muhammadiyah. Namun demikian, baru setelah Pro. Dr. Abdul Munir Mulkhan mudik ke desa Sendang Ayu, Lampung, masalah infiltrasi ini menjadi kontroversi besar dan terbuka sampai tingkat internasional.
-Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia - halaman 23"
Adanya kecurigaan dan bukti-bukti lapangan terjadinya infiltrasi kelompok garis keras menyebabkan terjadinya kegaduhan antar tubuh ormas-ormas Islam besar di Indonesia. Atas dasar dasar berdirinya dengan NKRI didahului perjuangan para pahlawan mutli etnik dan tokoh bangsa multi keyakinan sejak masa penjajahan, perjuangan pemuda dalam berbagai organisasi nasionalis dan religius yang ditandai Boedi Utomo dan dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda, maka negara kebangsaan (nation state) telah menjadi kesepakatan dominan para founding father bangsa.

"Para ulama seperti Abikusno Tjokrosujoso, KH A Kahar Muzakkir, H. Agus Salim, KH. A Wahid Hasjim, KH Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusomo dan tokoh-tokoh pendiri Bangsa lainnya sadar bahwa negara yang akan mereka perjuangkan dan pertahankan bukanlah negara yang didasarkan pada dan untuk agama tertentu, melainkan negara bangsa yang mengakui dan melindungi segenap agama, beragam budaya dan tradisi yang telah menjadi bagian integral kehidupan bangsa Indonesia.Para Pendiri Bangsa Indonesia sadar bahwa di dalam Pancasila tidak ada prinsip yang bertentangan dengan ajaran Agama.
Sebaliknya, prinsip-prinsip dalam Pancasila justru merefleksikan pesan-pesan utama semua agama, yang dalam ajaran Islam dikenal sebagai maqashid al-syari’ah.
-Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia - halaman 17"
Dalam buku tersebut secara implisit menolak infiltrasi para aktivisi garis keras yang selama ini selalu mengklaim bahwa mereka sepenuhnya memahmi maksud Al-Qur’an dan karena itu mereka berhak menjadi wakil Allah (khalifat Allah) dan menguasai dunia ini dan kemudian memaksa siapa pun mengikuti pemahamam “sempurna” mereka. Secara sistematis, para aktivis ini sedang berjuang mengubah Islam dari Agama menjadi Ideologi. Pada akhirnya, Islam menjadi dalih dan senjata politik untuk mendiskreditkan dan menyerang siapapun yang berbeda pandangan politik dan pemaham keagamaannya.

Dan lebih lanjut, buku tersebut mengatakan bahwa dengan menggunakan Jargon memperjuangkan Islam, mereka sebenarnya sedang memperjuangkan suatu agenda politik tertentu dengan menjadikan Islam sebagai kemasan dan senjata. Hal ini terlebih doktrin yang meresap dalam pemahaman mereka bahwa siapa pun yang melawan tindakan mereka dituduh melawan Islam. Siapapun yang berbeda pandangan dengan mereka diangap kafir dan murtad.Gerakan aktivis yang menyusuf ke mesjid-mesjid masyarakat NU dan Muhammadiyah secara sistematis mengambil alih kekuatan para ulama setempat dan menanamkan doktrin untuk masyarakat untuk menolak budaya dan tradisi budaya bangsa Indonesia untuk digantikan budaya dan tradisi asing dari Arab Saudi – Timur Tengah. Para aktivitis ini adalah kelompok Wahabi ataupun Ikhwanul Muslimin. Dan organisasi yang berkembang dari dua paham ini adalah HTI dan PKS yang cikal bakal muncul dari Gerakan Tarbiyah.

Gerakan sistematis yang menyusup ke ormas Muhammadiyah untuk memperbesar kekuatan politik (partai politik) dengan dalil  Agama membuat  PP Muhammadiyah mengantisipasi dengan mengeluarkan SK  Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 149/Kep/I.0/B/2006.

"SK tersebut bertujuan untuk “menyelamatkan Muhammadiyah dari berbagai tindakan merugikan Persyarikatan” dan membebaskannya “dari pengaruh, misi, infiltrasi, dan kepentinan partai politik yang selama ini mengusung dakwah atau partai politik bersayap dakwah”, karena telah memperalat ormas iut [Muhammadiyah] untuk tujuan politik mereka yang bertentangan dengan visi-misi luhur Muhammadiyah sebagai organisasi Islam moderat.
-Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia - halaman 26"

Pernyataan diatas dipertegas dari SK PP Muhammadiyah No 149/Kep/I.0/B/2006  yang dilampirkan dalam buku tersebut (halaman 239-250).

“Segenap anggota Muhammadiyah perlu menyadari, memahami, dan bersikap kritis bahwa seluruh partai politik di negeri ini, termasuk partai politik yang mengklaim diri atau mengembangkan sayap/kegiatan dakwah seperti Partai Keadilan Sejahteran (PKS) adalah benar-benar partai politik. Setiap partai politik berorientasi kekuasan politik. Karena itu, dalam menghadapi partai politik manapun kita harus tetap berpijak pada Khittah Muhammadiyah dan harus membebaskan diri dari, serta tidak menghimpitkan diri dengan misi, kepentingan, kegiatan, dan tujuan partai politik tersebut”
SKPP Muhammadiyah No 149/Kep/I.0/B/2006 : Keputusan Poin 3"

Itu ulasan singkat buku ilusi negara Islam yang merupakan hasil penelitian selama lebih dari dua tahun, mengungkap asal usul, ideologi, dana, agenda dan gerakan transnasional dan kaki tangannya di Indonesia. Mereka yang ikut dalam penyusunan buku “Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia” adalah KH Abdurrahman Wahid, Prof Dr. Ahmad Syafii Maarif (eks. ketua Muhammadyah), KH. A. Mustofa Bisri, M. Guntur Romli, Romo Franz Magnis Suseno dan segenap tim Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, the Wahid Institute,  Maarif Institute dan LibForAll. Buku ini memiliki 321 halaman dan diterbitkan oleh PT Desantara Utama Media dan akan diperbanyak di 4 negara di dunia yakni Turki, Arab Saudi, Inggris, dan Amerika Serikat.

Ilusi Negara Islam ingin menyampaikan  citra Islam sebagai “Rahmatan Lil-Alamin” yang artinya adalah siapa pun di seluruh dunia yang berhati baik, berkemauan baik, dan punya perhatian kuat pada usaha-usaha mewujudkan kedamaian, kebebasan dan toleransi secara kultur adalah keluarga Islam yang bersaudara.

Akankah buku investigasi selama dua tahun oleh the Wahid Institute,  Maarif Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, dan LibForAll akan menjadi buku kontroversi di tahun 2009 ini? Debat pemikiran sudah pasti sudah terjadi dalam ring-ring utama kedua kubu. Dan hendaknya buku ini tidak berhenti pada kontroversi, namun pada hal substansi,  siapa yang benar dan siapa pula provokasi? Meskipun timbul kontroversi, saya harap kesatuan, persatuan, dan kesolidan bangsa ini tetap utuh. Semoga Indonesia tetap Bersatu.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Related Posts:


Or

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik tombol subscribe di bawah untuk berlangganan gratis, dengan begitu Anda akan mendapat artikel terbaru via email dari www.faikshare.com


1 comments:

achmad taher on April 27, 2010 at 3:19 PM said...

buku ini bagus jg dibaca, tapi sayang dari ltr blkg tim penulisnya tdk beragam msh dalam satu pemikir yg sama.

Blog Award

 

FaiK Share. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution of FaiK theme by FaiK MuLaCheLLa | Distributed by Blogger Templates Blog Corp